A. Pengertian Suku Tengger
Suku tengger adalah suku yang tinggal disekitar gunung bromo, jawa
timur yakni menempatati sebagian wilayah kabupaten pasuruan, kabupaten
probolinggo, dan kabupaten malang. Komunitas suku tengger berkisar
antara 500 ribu orang yang tersebar di tiga kabupaten tersebut. Etnis
yang paling terdekat dengan suku tengger adalah suku jawa namun terdapat
perbedaan yang sangat menonjol antara keduanya, terutama dari sistem
kebudayaannya.
A. Asal usul terbentuknya Suku Tengger
Suku tengger terbentuk sekitar abad ke sepuluh saat kerajaan
majapahit mengalami kemunduran dan saat Islam mulai menyebar. Pada saat
itu kerajaan majapahit diserang dari berbagai daerah, sehingga bingung
mencari tempat pengungsian. Demikian juga dengan dewa-dewa mulai pergi
bersemayam di sekitar gunung bromo, yaitu dilereng gunung pananjakan,
di sekitar situ juga tinggal seorang pertapa yang suci. Suatu hari
istrinya melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan, wajahnya
bercahaya, menampakan kesehatan dan kekuatan yang luar biasa. Untuk itu
anak tersebut diberi nama Joko Seger, yang artinya joko yang sehat dan
kuat.
Disekitar gunung itu juga lahir bayi perempuan titisan dewa,
wajahnya cantik dan elok, waktu dilahirkan bayi itu tidak menangis,
diam dan begitu tenang. Sehingga anak tersebut diberi nama Roro Anteng,
yang artinya Roro yang tenang dan pendiam. Semakin hari Joko Seger
tumbuh menjadi seorang lelaki dewasa begitupun Roro Anteng juga tumbuh
menjadi seorang perempuan yang cantik dan baik hati. Roro Anteng telah
terpikat pada Joko Seger, namun pada suatu hari ia dipinang oleh
seorang Raja yang terkenal sakti, kuat, dan jahat. Sehingga ia tidak
berani menolak lamarannya. Kemudian Roro Anteng mengajukan persyaratan
pada pelamar itu agar dibuatkan lautan di tengah gunung dalam waktu
satu malam. Pelamar itu mengerjakan dengan alat sebuah tempurung kelapa
(batok kelapa). Dan pekerjaan itu hampir selesai, melihat kenyataan
itu hati Roro Anteng gelisah dan memikirkan cara menggagalkannya,
Kemudian Roro Anteng mulai menumbuk padi ditengah malam. Sehingga
membangunkan ayam-ayam, ayam-ayam pun mulai berkokok seolah-olah fajar
sudah menyingsing. Raja itu marah karena tidak bisa memenuhi permintaan
Roro Anteng tepat pada waktunya. Akhirnya batok yang ia gunakan untuk
mengeruk pasir tersebut dilemparnya hingga tertelungkup di dekat gunung
bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang dinamakan gunung batok.
Dengan kegagalan raja tadi akhirnya Roro Anteng menikah dengan Joko
Seger. Dan membangun sebuah pemukiman kemudian memerintah dikawasan
tengger tersebut dengan nama Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger. Yang
artinya Penguasa Tengger yang budiman. Nama tengger di ambil dari
gabungan akhir suku kata Roro Anteng dan Joko Seger. Tengger juga
berarti moral tinggi, simbol perdamaian abadi.
Roro Anteng dan Joko Seger belum juga dikaruniai momongan setelah
sekian tahun menikah, maka diputuskan untuk naik kepuncak gunung bromo.
Tiba-tiba ada suara gaib menyatakan jika mereka ingin mempunyai anak
mereka harus bersemedi agar doa nya terkabul dengan syarat apabila
mendapatkan keturunan anak bungsu harus dikorbankan ke kawah gunung
bromo. Akhirnya merekapun mendapatkan keturunan 25 orang putra dan
putri. Namun Roro Anteng mengingkari janjinya maka terjadilah gunung
bromo menyemburkan api, dan anak bungsunya “Kesuma” dijilat api dan
masuk ke kawah gunung bromo, kemudian terdengarlah suara gaib, bahwa
kesuma telah dikorbankan, dan Hyang Widi telah menyelamatkan seluruh
penduduk, maka penduduk harus hidup tentram damai dengan menyembah Hyang
Widi, selain penduduk juga di peringatkan bahwa setiap bulan kasada
pada hari ke empat belas mengadakan sesaji ke kawah gunung bromo, dan
kebiasaan tersebut diikuti sampai sekarang oleh masyarakat tengger
dengan mengadakan upacara yang disebut Kesada setiap tahunnya.
A. Sistem Kebudayaan Suku Tengger.
Menurut C Kluckhon dalam bukunya categories of culture menemukakan
sistem kebudayaan yang secara Universal dimiliki oleh seluruh masyarat
didunia, yang unsur-unsurnya meliputi sistem bahasa , sistem kesenian,
sistem teknologi, sistem religi, sistem kemasyarakatan, sistem
pengetahuan dan sistem mata pencarian. Pada masyarakat suku Tengger
Unsur-unsur kebudayaan universial itu sebagai berikut :
1. Sistem Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh suku tengger adalah bahasa jawa tapi
dialek yang digunakan berbeda yaitu dialek tengger. Dialek tengger
dituturkan di daerah gunung brom termasuk di wilayah pasuruan,
probolinggo, malang dan lumanjang. Dialek ini dianggap turunan bahasa
kawi, dan banyak mempertahankan kalimat-kalimat kuno yang sudah tidak
digunakan dalam bahasa jawa modern.
1. Sistem Kesenian
- Seni Tari
Tari yang biasa dipentaskan adalah tari Roro Anteng dan Joko Seger yang dimulai sebelum pembukaan upacara Kasada.
- Seni bangunan
Bangunan untuk peribadatan berupa pura disebut punden, danyam, dan
poten. Poten adalah sebidang tanah dilautan pasir sebagai tempat
berlangsungnya upacara Kasada. Poten dibagi menjadi tiga mandala atau
zone yaitu :
1. mandala utama disebut jeroan yaitu tempat pelaksanaan pemujaan
yang terdiri dari padma, bedawang, nala, bangunan sekepat, dan kori
agung candi bentar.
2. mandala madya atau zone tengah, disebut juga jaba tengah yaitu
tempat persiapan pengiring upacara yang terdiri dari kori agung candi
bentar bale kentongan, dan Bale Bengong.
3. mandala nista atau zone depan, disebut juga jaba sisi yaitu
tempat peralhian dari luar kedalam pura yang terdiri dari bangunan
candi bentar dan bangunan penunjang lainnya.
1. Sistem Teknologi
Seiring dengan banyak pengaruh yang masuk kedalam masyarakat
tradisional seperti melalui pariwisata atau teknolgi komunikasi terilah
culturual change dan perubahan kebudayaan sehingga sistem teknologi
juga berkembang seperti halnya masyarakat jawa modern.
1. Sistem Religi
Agama yang dianut sebagian besar suku tengger adalah Hindu, Islam
dan Kristen. Masyarakat tengger dikenal taat dengan aturan agama Hindu.
Mereka yakin merupakan keturunan langsung dari majapahit. Gungung
brahma (Bromo) dipercayai sebagai gunung suci dengan mengadakan
berbagai macam upacra-upacara yang dipimpin oleh seorang dukun yang
sangat dihormati dan disegani. Masyarakat tengger bahkan lebih memilih
tidak mempunyai kepala pemerintahan desa dari pada tidak memiliki
pemimpin ritual. Para dukun pandita tidak bisa di jabat oleh sembarang
orang, banyak persyaratan yang harus dipenuhi sebagai perantara doa-doa
mereka. Upacara-upacara yang dilakukan masyarakat tengger diantaranya.
1.
a. Yahya kasada, Upacara ini ilakukan pada 14 bulan kasada, mereka
membawa ongkek yang berisi sesaji dari hasil pertanian, ternak dan
sebagainya. Lalu dilemparkan kekawah gunung bromo agar mendapatkan
berkah dan diberikan keselamatan oleh yang maha kuasa.
b. Upacara Karo, Hari raya terbesar masyarakat tngger aalah upacara
karo atau hari raya karo. Masyarakat menyambutnya dengan suka cita
dengan membeli pakaian baru, perabotan, makan, minuman, melimpah,
dengan tujuan mengadakan pemujaan terhadap sang Hyang Widi Wasa.
c. Upacara Kapat, jatuh pada bulan ke empat, bertujuan untuk memohon
brekah keselamatan serta selamat kiblat, yaitu pemujaan terhadap arah
mata angin.
d. Upacara kawalu, jatuh pada bulan kedelapan, masyarakat
mengirimkan sesaji ke kepala desa, dengan tujuan untuk kesehatan Bumi,
air, api, angin, matahari, bulan dan bintang.
e. Upacara kasanga, jatuh pada bulan kesembilan. Masyarakat
berkelilling desa dengan membunyikan kentongan dan membawa obor
tujuannya adalah memohon keselamatan.
f. Upacara kasada, Jatuh pada saat bulan Purnama (ke dua belas) tahun saka, Upacara ini isebut sebagai upacara kuban
g. Upacara Unan, Unan, diadakan lima tahun sekali dengan tujuan mengaaan penghormatan terhadap roh leluhur.
1. Sistem Kemasyarakatan
Masyarakat tengger menjungjung tinggi nilai persamaan, demokrasi,
dan kehidupan masyarakat, sosok seorang pemimpin spritual seperti duun
lebih disegani dari pada pemimpin administratif. Masyarakat tengger
memunyai hukum sendiri diluar hukum formal yang berlaku alam negara.
Dengan hukum itu mereka sudah bisa mengatur an mengendalikan berbagi
persoalan dalam kehidupan masyarakatnya.
1. Sistem Pengetahuan
Sistem Pengetahuan masyarakat tengger pada umumnya masih
tradisional, an masih berorientasi paa kebudayan lama, namun karna
aanya pengaruh dari luar melalui pariwisata maupun komunikasi maka
sistem pengetahuannya sudah mulai mengacu ke sistem pengetahuan yang
modern.
1. Sistem Mata Pencarian
Sistem mata pencarian masyarakat suku tengger kebanyakan adalah
petani dan penambang, tanaman yang diusahakan adalah sayur-sayuran
sedangakan dalam hal penambangan, yang ditambang adalah pasir dan
belerang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar